Dedolarisasi: China dan Rusia Gunakan Bitcoin untuk Energi

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Riset Aset Digital VanEck, Matthew Sigel, menuliskan dalam unggahan blog perusahaan pada 8 April 2025 bahwa China dan Rusia dilaporkan telah mulai menyelesaikan beberapa transaksi energi dengan alat pembayaran Bitcoin dan aset digital lainnya. Dikutip dari Cryptopotato pada Jumat (11/4/2025), transaksi energi ini menggunakan aset digital sebagai langkah untuk mengurangi penggunaan Dolar Amerika Serikat (AS).

Ada beberapa negara lain yang juga menggunakan aset digital seperti Bitcoin untuk mengurangi ketergantungan terhadap Dolar. Bolivia, misalnya, telah mengumumkan rencana untuk mengimpor listrik menggunakan kripto. Selain itu, perusahaan listrik Prancis, EDF, sedang menjajaki kemungkinan untuk menambang Bitcoin karena tengah memiliki kelebihan listrik.

Transaksi Energi dan Dedolarisasi

China dan Rusia bukanlah satu-satunya negara yang mencoba untuk melakukan dedolarisasi di tengah perang dagang yang dipicu oleh mantan Presiden Donald Trump. Tindakan ini mencerminkan perubahan signifikan dalam cara berbagai negara memandang dan menggunakan Bitcoin dan aset digital sebagai alat pembayaran. Di bawah tekanan dari ketidakpastian geopolitik dan perlambatan ekonomi, penggunaan aset digital semakin dilihat sebagai alternatif yang lebih stabil.

Pelemahan Dolar AS dan Peran Bitcoin

Pelemahan Dolar AS yang berkelanjutan disinyalir dapat memperkuat narasi Bitcoin sebagai lindung nilai, terutama dalam lingkungan yang mengalami fragmentasi geopolitik. Mengutip Cryptonews pada Rabu (9/4/2025), Richard Teng mencatat bahwa ketidakpastian makro yang diakibatkan oleh kebijakan tarif baru-baru ini dapat memicu respons penghindaran risiko dalam jangka pendek. Richard Teng juga mengakui bahwa kebangkitan proteksionisme perdagangan AS menggiring pasar, termasuk pasar kripto, ke arah yang lebih volatil.

Berdasarkan penamaannya sebagai aset spekulatif selama ini, Bitcoin kini mulai mengalami transformasi menjadi alat moneter yang fungsional. Ini jelas terlihat dalam ekonomi yang ingin menghindari Dolar AS serta mengurangi paparan terhadap sistem keuangan yang didominasi oleh AS.

Perubahan di Pasar Kripto

Dalam kondisi ini, pergeseran menuju harapan suku bunga yang lebih moderat dan meningkatnya likuiditas historisnya dianggap positif bagi Bitcoin. Richard Teng selaku CEO bursa kripto Binance melihat kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh Donald Trump dapat mempercepat minat pada sektor aset digital. Namun, ia juga memperingatkan bahwa lingkungan yang penuh ketidakpastian ini dapat mendorong minat pada kripto sebagai penyimpan nilai yang tidak berdaulat.

Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun ada intrik di balik kebijakan ekonomi, industri kripto tetap menjadi perhatian utama bagi investor. Sigel menekankan pentingnya bagi investor untuk terus memantau perkembangan kebijakan dari Bank Sentral AS (Federal Reserve), karena efek jangka panjangnya bisa berharga bagi industri kripto secara keseluruhan.

Indeks Dolar AS dan Pengaruhnya terhadap Bitcoin

Sigel juga menyebutkan Indeks Dolar AS, yang merupakan alat untuk mengukur nilai tukar dolar dengan keranjang enam mata uang utama lainnya, sebagai sinyal utama dalam dinamika pasar. Banyak pemegang jangka panjang yang terus melihat Bitcoin dan aset digital lainnya sebagai aset yang tangguh terutama selama periode tekanan ekonomi dan perubahan dalam kebijakan.

Reaksi Pasar terhadap Kebijakan Baru

Pengumuman kebijakan tarif tersebut membuat pasar di seluruh dunia terpuruk, dan pemain kunci di pasar saham AS mengalami fluktuasi yang tidak terduga. Aset digital, khususnya Bitcoin, ikut merasakan dampak dari kebijakan tersebut, yang mana nilainya anjlok lebih dari USD 10.000 pada akhir pekan lalu. Situasi ini menunjukkan bahwa ketidakpastian makro dan kebijakan tarif dapat menyebabkan volatilitas yang signifikan dalam pasar aset digital.

Tabel Perbandingan Transaksi Energi Menggunakan Aset Digital

Secara keseluruhan, perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam penggunaan Bitcoin dan aset digital lainnya memberikan petunjuk tentang evolusi lanjutan dari ekonomi global. Dengan semakin banyak negara yang mengambil langkah untuk melakukan dedolarisasi dan menjelajahi opsi pembayaran menggunakan kripto, masa depan dari beberapa mata uang digital ini tampaknya semakin cerah. Sementara itu, para investor dan pemangku kepentingan dalam industri kripto harus tetap waspada terhadap dinamisnya kondisi pasar dan kebijakan yang memengaruhi sektor ini.

Mengingat tingginya volatilitas dan ketidakpastian yang mengelilingi pasar kripto, apa yang terjadi di China dan Rusia mungkin hanya awal dari tren yang lebih besar. Dengan meningkatnya perhatian dari negara-negara lain terhadap Bitcoin sebagai alat pembayaran potensial, kita mungkin akan melihat adopsi yang lebih luas dari aset digital di sektor energi dan industri lainnya. Ini menandakan bahwa kita berada di perempatan jalan antara inovasi teknologi keuangan dan realita geopolitik yang terus berubah, dan industri cryptocurrency tampaknya sedang bersiap untuk bertindak sebagai pendorong yang signifikan dalam lanskap ekonomi global di masa mendatang.