Emas Berkilau di Tengah Badai: Saham Ini Jadi Pelabuhan?
Table of Contents
Pada tanggal 20 Februari 2025, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), bagian dari PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), memperoleh izin ekspor konsentrat tembaga dari Kementerian Perdagangan, berdasarkan Surat Persetujuan Ekspor (SPE).
Prospek investasi emas menunjukkan tren positif di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global. Ketidakpastian terkait tarif perdagangan Amerika Serikat dan kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) semakin meningkatkan daya tarik emas di pasar.
Head of Corporate Communications MDKA, Tom Malik, menyatakan bahwa kenaikan harga emas akan berdampak positif pada kinerja perusahaan. Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Antam, Arianto Sabtonugroho, juga menyebut bahwa kondisi pasar saat ini berpotensi mendukung kinerja perusahaan.
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga optimis terhadap peningkatan permintaan emas di tahun 2025. Meskipun ada tantangan, perusahaan yakin bahwa kenaikan harga emas dapat berdampak positif pada kinerja keuangan mereka.
Risalah rapat terbaru The Fed menunjukkan kekhawatiran terhadap dampak tarif perdagangan terhadap inflasi. Hal ini berpotensi menunda pemotongan suku bunga, sehingga investor semakin mempertimbangkan emas sebagai aset lindung nilai.
PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menargetkan peningkatan produksi emas hingga 75.000 ons troi pada tahun 2025, meningkat dari target awal 235.000 ons troi pada 2024 menjadi 240.000 ons troi pada 2025.
Vice President Corporate Communications AMMN, Kartika Octaviana, menyatakan bahwa update rencana produksi 2025 akan disampaikan saat rilis kinerja tahunan 2024.
Pengamat Pasar Modal Desmond Wira menyatakan bahwa sentimen pasar saat ini didorong oleh permintaan tinggi terhadap aset safe haven seperti emas. Namun, tekanan dari tren Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap menjadi tantangan dalam jangka menengah, sehingga investor perlu berhati-hati.
Emas kembali menjadi pilihan utama investor sebagai aset safe haven untuk melindungi nilai kekayaan mereka. Beberapa emiten tambang emas telah menyiapkan strategi untuk memanfaatkan momentum kenaikan harga emas.
Direktur & Chief Investor Relations BRMS, Herwin Wahyu Hidayat, menyatakan bahwa produksi emas tahun lalu sudah mencapai target di kisaran 55.000 hingga 60.000 ons troi. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) masih dalam masa transisi dari Fase 7 ke Fase 8 tambang Batu Hijau.
Analis Central Capital Wahyu Tri Laksono mengamini bahwa kenaikan harga emas memberikan sentimen positif bagi emiten yang bergerak di sektor tambang emas. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) memasang target konservatif di level 100.000 hingga 110.000 ons troi.
PT United Tractors Tbk (UNTR) juga menyesuaikan panduan penjualan emasnya. Tak hanya perusahaan tambang, PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) juga menargetkan peningkatan penjualan emas batangan dan perhiasan.
HRTA memperkirakan kenaikan Average Selling Price (ASP) sebesar 10% hingga 13% secara tahunan (YoY) dan menargetkan penjualan emas di kisaran 19,5 hingga 20 ton pada 2025. Sebagai perbandingan, estimasi penjualan HRTA tahun lalu mencapai 14,8 hingga 15 ton.
Dengan prospek harga emas yang terus meningkat, para emiten di sektor ini berupaya memaksimalkan produksi dan penjualan mereka untuk meraih pertumbuhan yang lebih baik di tahun 2025. Namun, investor tetap perlu mencermati pergerakan IHSG yang masih menjadi tantangan dalam jangka menengah.
✦ Tanya AI