Lazarus Retas Bybit, Kripto Rp 24,45 Triliun Raib!
Table of Contents
Pada tanggal 22 Februari 2025, dunia kripto dikejutkan oleh laporan dari bitcoin.com mengenai aksi peretasan yang dilakukan oleh Grup Lazarus terhadap bursa kripto Bybit. Kelompok yang terafiliasi dengan Korea Utara ini, dikenal karena kecanggihan taktiknya, berhasil menembus lapisan keamanan yang kompleks, diduga melalui kompromi kunci pribadi atau serangan phishing.
Grup Lazarus menggunakan teknik chain-hopping, yaitu mengubah aset kripto menjadi berbagai jenis koin, sebuah strategi yang telah mereka sempurnakan dari serangan sebelumnya. Meskipun Bybit memiliki sistem keamanan yang ketat, sumber daya yang dimiliki Lazarus, termasuk tim R&D khusus dan dana hasil curian sebelumnya, memungkinkan mereka untuk terus berinovasi dan melampaui pertahanan sektor swasta.
Setelah berhasil mencuri dana, Lazarus dengan cepat menyebarkannya melalui crypto mixers dan bursa terdesentralisasi (DEX) untuk menghilangkan jejak transaksi. Strategi ini mirip dengan yang digunakan dalam peretasan Jaringan Ronin pada tahun 2022 (USD 600 juta) dan Jembatan Harmony Horizon pada tahun 2023 (USD 100 juta), menunjukkan peningkatan kemampuan kelompok ini dari tahun ke tahun.
Perusahaan analisis blockchain seperti Elliptic dan Arkham Intelligence berusaha melacak pergerakan kripto curian tersebut. Kelompok ini dikenal karena mengeksploitasi celah keamanan untuk mendanai rezim Korea Utara, seringkali menggunakan metode pencucian uang yang rumit untuk menyamarkan aliran dana. Penyelidikan oleh ZachXBT mengungkap detail lebih lanjut mengenai operasi ini.
Peretasan ini diperkirakan menjadi salah satu pencurian kripto terbesar dalam sejarah. Lazarus diduga melakukan transaksi uji coba untuk mengidentifikasi kerentanan, memalsukan tanda tangan transaksi, dan membajak dompet Ethereum di Bybit selama proses transfer rutin.
Keberhasilan Lazarus dalam menembus berbagai proyek, platform, dan bursa menyoroti tantangan dalam mengamankan sistem dan token terdesentralisasi. Kombinasi antara keahlian teknis, kesabaran operasional, dan dukungan negara menjadikan mereka ancaman yang terus berkembang terhadap keamanan keuangan global.
CEO Bybit, Ben Zhou, melalui media sosial X (dikutip dari CNBC pada 22 Februari 2025), meyakinkan pengguna bahwa dompet dingin lainnya aman. Namun, insiden ini memicu penarikan dana besar-besaran dari Bybit karena kekhawatiran akan potensi kebangkrutan. Zhou menyatakan bahwa arus keluar telah stabil dan Bybit telah mendapatkan pinjaman dari mitra untuk menutupi kerugian dan melanjutkan operasi.
Menurut Elliptic, peretasan ini melampaui pencurian sebelumnya seperti yang terjadi pada Poly Network (USD 611 juta pada 2021) dan Binance (USD 570 juta pada 2022). Analis Elliptic mengaitkan serangan ini dengan Grup Lazarus, yang telah mencuri miliaran dolar dari industri kripto sejak tahun 2017, ketika mereka menyusup ke empat bursa Korea Selatan dan mencuri Bitcoin senilai USD 200 juta.
Pakar industri memperingatkan bahwa pencurian skala besar tetap menjadi risiko mendasar. Robinson dari Elliptic menekankan pentingnya membuat kejahatan semacam ini tidak menguntungkan untuk mengurangi frekuensinya.
Insiden ini memicu perdebatan tentang kesiapan industri kripto dalam menghadapi ancaman dari aktor negara-bangsa. Dana yang dicuri, terutama dalam bentuk Ether, dengan cepat dipindahkan ke berbagai dompet dan dilikuidasi melalui berbagai platform.
Metode pencucian uang yang canggih semakin membedakan operasi Grup Lazarus. Serangan ini menyoroti perlombaan senjata yang meningkat antara penjahat dunia maya dan sektor kripto.
✦ Tanya AI